ROGER2!

..ASSALAMUA'LAIKUM..SALAM MAHABBAH BUAT SEMUA..

SALAM MAHABBAH

Inginku kongsikan tatapan ini untuk hatiku dan hati ukhtifillah.. "Mukmin itu jiwanya damai, tak mudah tergoncang oleh ujian. Baginya ujian sebagai TARBIYAH dari Allah, tanda KASIH SAYANGNYA, jua PENGHAPUS DOSA"

Ahad, 6 Februari 2011

KASIH SI KECIL

Seekor anak kucing yang kecil mungil sedang berjalan-jalan di ladang pemiliknya. Ketika dia mendekati kandang kuda, dia mendengar binatang besar itu memanggilnya. “Kamu mesti masih baru di sini, cepat atau lambat kamu akan mengetahui bahawa pemilik ladang ini mencintai saya lebih dari binatang lainnya. Kerana saya mampu mengangkut banyak barang untuknya, saya kira binatang sekecil kamu tidak akan bernilai sama sekali baginya”, ujarnya dengan sinis.

kucing kecil itu menundukkan kepalanya dan pergi. Tapi, dari kandang sebelah, ia mendengar suara seekor lembu. “Saya adalah binatang yang paling terhormat di sini sebab puan di sini membuat keju dan mentega dari susu saya. Kamu tentu tidak berguna bagi keluarga di sini”, dengan nada mencemuh.

Belum lagi kesedihannya hilang, ia mendengar teriakan biri-biri. “Hai lembu, kedudukanmu tidak lebih tinggi dari saya. Aku memberi bulu kepada pemilik ladang ini. Saya memberi kehangatan kepada seluruh keluarga. Tapi kata-katamu soal kucing kecil itu, memang benar. Dia sama sekali tidak ada manfaatnya di sini.”

Satu demi satu binatang di situ ikut serta dalam pencemuhan itu, sambil menceritakan betapa tingginya kedudukan mereka di ladang itu. Ayam pun berkata bagaimana dia telah memberikan telur, Semua binatang sepakat kalau si kucing kecil itu adalah makhluk tak berguna dan tidak sanggup memberikan sumbangan apapun kepada keluarga itu.

Terpukul oleh kecaman binatang-binatang lain, kucing kecil itu pergi ke tempat sepi dan mulai menangis menyesali nasibnya. Sedih rasanya, sudah yatim piatu, dianggap tak berguna, disingkirkan dari pergaulan pula…

Ada seekor kucing tua di situ mendengar tangisan tersebut, lalu mendengar keluh kesah si kucing kecil itu. “Saya tidak dapat memberikan sumbangan kepada keluarga di sini, sayalah haiwan yang paling tidak berguna di sini…”

Terharu, kucing tua berkata, “Memang benar bahwa kamu terlalu kecil untuk menarik pedati. Kamu tidak berupaya memberikan telur, susu ataupun bulu. Tetapi bodoh sekali jika kamu menangisi sesuatu yang tidak mampu kamu lakukan. Kamu harus menggunakan kemampuan yang diberikan oleh Tuhan untuk membawa kegembiraan.”

Malam itu ketika pemilik ladang baru pulang dan kelihatan amat lelah Kerana perjalanan jauh di panas terik matahari, kucing kecil itu lari menghampirinya, menjilat kakinya dan melompat ke pelukannya. Sambil menjatuhkan diri ke tanah, pemilik ladang dan kucing kecil itu berguling-guling di rumput disertai tawa ria.

Akhirnya pemilik ladang itu memeluk dia erat-erat dan mengelus-elus kepalanya, dan berkata, “Meskipun saya pulang dalam keadaan letih, tapi rasanya semua jadi sirna, bila kau menyambutku semesra ini. Kamulah yang paling berharga di antara semua binatang di ladang ini. Kamu kecil, tapi sangat mengerti ertinya kasih…”

Moral:

Jangan sedih ketika kamu tidak dapat melakukan sesuatu seperti orang lain Kerana memang tidak memiliki kemampuan untuk itu. Tetapi apa yang kamu dapat lakukan, kerjakan itu dengan sebaik-baiknya. Dan jangan sombong jika kamu merasa banyak melakukan beberapa hal pada orang lain, karena orang yang tinggi hati akan direndahkan dan orang yang rendah hati akan ditinggikan. Selalu begitu.

Hargai Air Mata Wanita

Seorang anak laki-laki kecil bertanya kepada ibunya "Mengapa engkau menangis?"
"Karena aku seorang wanita", kata sang ibu kepadanya.

"Aku tidak mengerti", kata anak itu.

Ibunya hanya memeluknya dan berkata, "Dan kau tak akan pernah mengerti"

Kemudian anak laki-laki itu bertanya kepada ayahnya, "Mengapa ibu suka menangis tanpa alasan?"

"Semua wanita menangis tanpa alasan", hanya itu yang dapat dikatakan oleh ayahnya.

Anak laki-laki kecil itu pun lalu tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa, tetap ingin tahu mengapa wanita menangis.

Akhirnya ia menghubungi Tuhan, dan ia bertanya, "Tuhan, mengapa wanita begitu mudah menangis?"

Tuhan berkata:
"Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia; namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan "

"Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya "

"Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh "

"Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya " "Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya "

"Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa ragu "

"Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk diteteskan.

Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan kapan pun ia butuhkan."

"Kau tahu:
Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, sosok yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya."

"Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, karena itulah pintu hatinya - tempat dimana cinta itu ada."

Mawar Oh Mawar

Suatu ketika dulu, ada seorang pemuda yang mempunyai tunas mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun di belakang rumahnya. Bergegas, disiapkannya pasu kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pasu yang terbaik, dan diletakkan pasu itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, tunas ini dapat tumbuh dengan sempurna.

Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang mengganggu, segera dicabutnya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya nampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun gembira, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil.

Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia nampak hairan sebab tumbuh pula duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia kesal mengapa duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.

Sang pemuda berkata dalam hati, "Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapikan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bahagian dari kulitku yang tergores. Ah! Pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah kerana duri-duri penganggu ini."

Lama kelamaan, pemuda ini nampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini kelihatan merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun layu dan kering.

Moral :

Teman, kisah tadi memang sudah selesai. Tapi, ada ada satu pesan yang dapat kita raih didalamnya. Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada 'mawar' yang tertanam. Tuhan yang menitipkannya kepada kita untuk dirawat. Tuhanlah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman- taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.

Namun sayang, banyak dari kita yang hanya melihat "duri" yang tumbuh. Banyak dari kita yang hanya melihat sisi buruk dari kita yang akan berkembang. Kita sering menolak diri kita sendiri. Kita kerap kecewa dengan diri kita dan tak mahu menerimanya. Kita berfikir bahawa hanya hal-hal yang melukakan yang akan tumbuh dari kita. Kita menolak untuk "menyirami" hal-hal baik yang sebenarnya telah ada. Dan akhirnya, kita kembali kecewa, kita tak pernah memahami potensi yang kita miliki.

Banyak orang yang tak menyangka, mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyedari, adanya mawar itu. Kita, kerap disibukkan dengan duri-duri kelemahan diri dan onak-onak kepesimisan dalam hati ini. Orang lain lah yang kadang-kadang harus menunjukkannya.

Teman, jika kita dapat menemui "mawar-mawar" indah yang tumbuh dalam jiwa itu, kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan diri kita tentang mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.

Semerbak harumnya akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan kegundahan hati. Mari, kita temui "mawar-mawar" ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa.

Teman, biarkan mawar-mawar indah itu merekah dalam hatimu. Biarkan kelopaknya memancarkan cahaya kemuliaan-Nya. Biarkan tangkai-tangkainya memegang teguh harapan dan impianmu. Biarkan putik-putik yang dikandungnya menjadi bibit dan benih kebahagiaan baru bagimu. Sebarkan tunas-tunas itu kepada setiap orang yang kita temui, dan biarkan mereka juga menemukan keindahan mawar-mawar lain dalam jiwa mereka. Sampaikan salam-salam itu, agar kita dapat menuai bibit-bibit mawar cinta itu kepada setiap orang, dan menumbuh-kembangkannya di dalam taman-taman hati kita

Si Buta dan Si Gajah

Dalam suatu negeri terdapat sekumpulan orang buta. Mereka mendengar berita satu sarkis datang ke tempatnya dengan membawa bersama seekor haiwan ajaib bernama gajah. Naluri ingin tahu mereka melonjak kerana selama ini mereka belum pernah melihat rupa atau mengenalinya bahkan nama gajah pun mereka belum pernah dengar.

Kata sepakat diambil untuk menghantar wakil ke tempat itu. Salah seorang berkata, "Meskipun kita buta tapi kita masih boleh mengenalinya dengan cara meraba."

Perwaklilan yang dilantik terus ke tempat itu. Sebaik saja sampai, masing-masing terus memainkan peranan. Ada yang terpegang kaki gajah, ada yang terpegang gading dan sebahagian lain memegang telinga gajah.

Setelah puas meraba, mereka pun kembali ke kampungnya. Mereka dihujani dengan pelbagai pertanyaan oleh orang-orang buta yang tidak pergi dan ingin mengetahui bentuk gajah ajaib itu.

Orang yang terpegang kaki gajah mengatakan gajah itu seperti tiang besar, kesat tapi lembut pada sentuhan. Kenyataan ini dibantah keras oleh orang yang terpegang gajah pada gading. Dia mengatakan gajah tidak kesat, tidak lembut dan jauh sekali dari berbentuk seperti tiang seperti yang dilaporkan oleh orang pertama tu, sebaliknya katanya gajah keras dan licin dan hanya sebesar galah saja.

Kenyataan ini disanggah oleh pelapor ketiga yang memegang gajah pada telinga. Dia bersetuju dengan pelapor pertama yang mengatakan gajah itu kesat dan lembut tetapi tidak bersetuju bentuknya seperti tiang atau galah. Dia menegaskan bahawa gajah itu kesat, lembut dan saiznya hanya seperti kulit terkembang yang tebal sebesar dulang.

Orang-orang buta lain yang ingin mendengar cerita mengenai bentuk gajah itu melopong kebingungan.

Moral:

* Naluri ingin tahu yang ada pada setiap orang mendorong mereka untuk menyelidik
* Penggunaan satu deria saja tidak memadai untuk mengetahui sesuatu fakta secara syumul dan terperinci
* Pendapat seseorang mengenai sesuatu perkara adalah betul dari satu persepsi/sudut saja
* Penguasaan ilmu perlu menggunakan teknik gabungan pelbagai media dan juga melalui 'brainstorming'
* Jangan lekehkan pandangan orang lain kerana ia adalah betul dari sudut pandangannya
* Melekehkan pendapat orang menyekat diri kita dari menguasai ilmu secara global
* Dapatkan fakta atau maklumat mengenai sesuatu dari banyak sumber dan cara
* Maklumat yang diperolehi secara 'second-hand' belum dapat dipastikan kesahihan; jauh sekali untuk dijadikan dalil atau hujah.

Esoklah

Kisah untuk renungan bersama... Katakan sekarang... jgn tunggu sampai esok... Pada suatu tempat, hiduplah seorang anak. Dia hidup dalam keluarga yang bahagia, dengan orang tua dan sanak keluarganya. Tetapi, dia selalu menganggap itu sesuatu yang wajar saja. Dia terus bermain, mengganggu adik dan kakaknya, membuat masalah bagi orang lain adalah kesukaannya.

Apabila dia menyedari akan kesalahannya dan mahu minta maaf, dia selalu berkata,"Tidak apa-apa, besok kan boleh." Sesudah besar, dia amat suka kesekolah. Dia belajar, mendapat teman, dan sangat bahagia. Tetapi, dia anggap itu wajar-wajar saja. Semua begitu saja dijalaninya sehingga dia anggap semua sudah sewajarnya. Suatu hari, dia berkelahi dengan teman baiknya. Walaupun dia tahu itu salah, tapi tidak pernah mengambil inisiatif untuk minta maaf dan berbaik dengan teman baiknya. Alasannya, "Tidak apa-apa, besok kan boleh."

Ketika meningkat remaja, teman baiknya tadi bukanlah temannya lagi. Walaupun dia sering melihat temannya itu, tapi mereka tidak pernah saling tegur. Baginya itu bukanlah masalah, kerana dia masih punyai ramai teman baik yang lain. Dia dan teman-temannya melakukan segala sesuatu bersama-sama, main, jalan-jalan dan macam2 lagi. Ya, mereka semua teman-temannya yang paling baik.

Setelah lulus, kerja membuatkannya menjadi sibuk. Dia bertemu seorang gadis yang sangat cantik dan baik. Gadis itu kemudian menjadi teman wanitanya.Dia begitu sibuk dengan kerjanya, kerana dia ingin di naikkan pangkat ke posisi paling tinggi dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Tentu, dia rindu untuk bertemu teman-temannya. Tapi dia tidak pernah lagi menghubungi mereka, bahkan selalu lewat menelefon mereka. Dia selalu berkata, "Ah, aku penat, besok saja aku hubungi mereka." Ini tidak terlalu mengganggu dia kerana dia punyai teman-teman sekerja selalu mahu apabila diajak keluar.

Jadi, waktu pun berlalu, dia lupa sama sekali untuk menelefon teman-temannya. Setelah dia berkahwin dan mempunyai anak, dia bekerja lebih kuat untuk memberi kebahagiaan pada keluarganya. Dia tidak pernah lagi membeli bunga untuk isterinya, atau pun mengingati hari lahir isterinya dan juga hari perkahwinan mereka. Itu tidak mendatangkan masalah baginya, kerana isterinya selalu mengerti, dan tidak pernah menyalahkannya.

Kadang-kadang dia merasa bersalah dan ingin punyai kesempatan untuk mengatakan pada isterinya "Aku cinta pada mu", tapi dia tidak pernah melakukannya. Alasannya, "Tidak apa-apa, saya pasti besok saya akan mengatakannya."

Dia tidak pernah bersama di majlis harijadi anak-anaknya, tapi dia tidak tahu ini akan mempengaruhi anak-anaknya. Anak-anak mulai menjauhkan diri darinya, dan tidak pernah menghabiskan waktu mereka bersama dengan ayahnya.

Suatu hari, isterinya ditimpa kemalangan, isterinya dilanggar lari. Ketika kejadian itu, dia sedang ada mesyuarat. Kemalangan itu adalah serius dan dia tidak sedar bahawa kemalangan itu bakal menjemput isterinya menemui yang maha mencipta. Belum sempat dia berkata "Aku cinta pada mu", isterinya telah meninggal dunia. Remuk hatinya apabila ini berlaku dan dia cuba menghiburkan diri bersama anak-anaknya setelah kematian isterinya.

Tapi, dia baru sedar bahawa anak-anaknya tidak mahu berkomunikasi dengannya. Apabila anak-anaknya dewasa dan membina keluarga masing-masing. Tidak ada yang peduli pada orang tua ini, yang di masa lalunya tidak pernah meluangkan waktunya untuk mereka.

Masa berjalan begitu pantas, orang tua ini tinggal di rumah jagaan yang terbaik, yang menyediakan pelayanan sangat baik. Dia menggunakan wang yang disimpannya dari mula untuk perayaan ulang tahun perkahwinan ke 50, 60,dan 70. Pada asal tujuan wang itu adalah untuk digunakan pergi bercuti ke Hawaii, New Zealand, dan negara-negara lain bersama isterinya,
tapi kini terpaksa digunakan untuk membayar biaya tinggal di rumah jagaan tersebut. Sejak dari itu sehinggalah dia meninggal, hanya ada orang-orang tua dan penjaga yang merawatnya. Dia merasa sangat kesepian, perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Semasa dia hendak meninggal, dia memanggil seorang penjaga dan berkata kepadanya, "Ah, jika aku menyedari perkara ini dari dulu..." Kemudian perlahan ia menghembuskan nafas terakhir. Dia meninggal dunia dengan airmata dipipinya.

MORAL :

Apa yang saya ingin katakan pada kawan-kawan dan juga pada diri saya sendiri, waktu itu tidak pernah berhenti. Anda terus maju dan maju,sebelum benar-benar menyedari, anda ternyata telah maju terlalu jauh.

Jika anda pernah bertengkar, segera berbaik antara satu sama lain !

Jika anda merasa ingin mendengar suara teman anda, jangan ragu-ragu untuk menelefonnya segera.

Akhir sekali, tapi yang paling penting, jika anda merasa ingin mengatakan pada seseorang bahawa anda sangat sayang pada dia, jangan tunggu sampai terlewat. Jika anda terus berfikir bahawa masih ada lain hari baru anda akan memberitahu dia, hari itu tidak pernah akan datang.

Jika anda selalu fikir bahawa besok akan datang, maka "besok" akan pergi

sungguh dengan begitu cepat hingga anda baru sedar bahawa waktu telah tinggalkan anda.

Ibu…Bidadari Di Rumahmu.

Seorang bayi bersiap untuk dilahirkan ke dunia. Dia berkata pada dirinya sendiri: “ para malaikat mengatakan bahawa esok aku akan dikirimkan ke dunia, tetapi bagaimana aku boleh hidup di sana? Aku begitu kecil dan lemah?”

Tiba terdengar suatu suara: “ Jangan bimbang. Aku telah memilih seorang bidadari untukmu. Dia akan menjaga dan mengasihi kamu di sana.”

Bagaimanapun bayi itu merasa bimbang dan takut untuk menghadapi dunia yang amat asing baginya.

“Di sini – surga – apa yang aku lakukan hanyalah menyanyi dan ketawa sepanjang hari. Ini sudah cukup bagi aku untuk berasa bahagia,” kata bayi itu dalam nada yang cukup sedih.

“ Jangan kamu bimbang. Bidadarimu akan menyanyi, sentiasa tersenyum dan menjagamu sepanjang masa. Dan kamu akan merasa kehangatan cintanya. Dengan semua itu kamu akan lebih bahagia daripada di sini,” terdengar sekali lagi suara tadi.

“Tapi bagaimana aku akan mengerti apa yang dibicarakan oleh bidadariku jika aku tidak memahami bahasanya?” tanya bayi itu separuh merintih.

“Bidadarimu akan berbicara kepada mu menggunakan bahasa lembut yang paling indah pernah kamu dengar. Dan dengan penuh kesabaran dan perhatian, dia akan mengajarkan kamu cara berbicara,” Berkata suara itu lagi.

Bayi itu masih tidak puas hati, dia terus juga bertanya: “aku mendengar bahawa di dunia banyak orang jahat. Siapa yang akan melindungi aku?”

“Bidadarimu akan memberikan perlindungan dengan sepenuh jiwa raganya,” balas suara itu.

“Tetapi aku pasti akan merasa sedih kerana meninggalkan tempat yng begini indah,” rintih bayi itu lagi.

Bidadarimu akan menceritakan kepadamu segala-galanya. Dia akan mengajar kamu segala-galanya. Dia akan mengajar kamu segala ilmu yang ada. Jangan bimbang kerana bidadarimu sanggup mengorbankan segalanya untukmu. Padanya, kamu adalah segala-galanya!

Di saat itu suasana menjadi begitu tenang dan perlahan-lahan bayi itu bertanya lagi: “jika aku harus pergi sekarang, bolehkah diberitahu siapakah bidadari itu?
“Kamu akan memanggil bidadari bidadari itu…IBU!”

Moral :

Ingatlah! Curahkan sepenuh kasih sayang kepada ibumu, berdoalah untuknya dan cintailah dia sepanjang hayat.

Nilai Sepuluh Ringgit

Seorang bapa pulang ke rumah dalam keadaan letih disambut oleh anak lelakinya yang berusia tujuh tahun di muka pintu.

“Ayah, boleh tak Amin tanya satu soalan?”

“Ya, nak tanya apa?”

“Berapa pendapatan ayah sejam?”

“Itu bukan urusan kamu. Buat apa nak sibuk tanya?”

“Amin saja nak tahu ayah. Tolonglah bagi tahu berapa ayah dapat sejam bekerja di pejabat?”

“20 ringgit sejam.”

“Oh…” kata si anak sambil tunduk menekur lantai. Kemudian memandang wajah ayahnya semula sambil bertanya, “Ayah….boleh tak Amin pinjam sepuluh ringgit daripada ayah?”

Si ayah menjadi berang dan berkata, “Oh, itu ke sebabnya kamu tanya pasal pendapatan ayah? Kamu nak buat apa sampai mintak sepuluh ringgit? Nak beli barang mainan lagi? Jangan nak membazir. Ayah kerja penat-penat bukan untuk buang duit sebarangan. Sekarang pergi balik ke bilik dan tidur, dah lewat dah ni...”

Kanak-kanak tujuh tahun itu terdiam dan perlahan-lahan melangkah kembali ke biliknya. Si ayah duduk di atas sofa dan mula memikirkan mengapa anaknya yang kecil itu memerlukan duit sebanyak itu. Kira-kira dua jam kemudian si ayah kembali tenang dan terfikir kemungkinan anaknya benar-benar memerlukan duit untuk keperluan di sekolahnya kerana anaknya tidak pernah meminta wang sebanyak itu sebelum ini. Dengan perasaan bersalah si ayah melangkah menuju bilik anaknya dan membuka pintu.

Didapati anaknya masih belum tidur. “Kalau kamu betul-betul perlu duit, nah ambillah sepuluh ringgit ini,” kata si ayah.

Kanak-kanak itu segera bangun dan tersenyum girang. “Terima kasih banyak ayah,” katanya begitu gembira. Kemudian dia tercari-cari sesuatu di bawah bantalnya dan mengeluarkan sekeping not sepuluh ringgit yang sudah renyuk.

Bila ternampak duit itu si ayah kembali berang. “Kenapa kamu mintak duit lagi sedangkan kamu dah ada duit sebanyak itu? Dari mana kamu dapat duit di bawah bantal tu?” Jerkah si ayah.

Si anak tunduk tidak berani merenung wajah ayahnya. “Duit ini Amin kumpul dari belanja sekolah yang ayah beri setiap hari. Amin minta lagi 10 ringgit sebab duit yang Amin ada sekarang tak cukup,” jawab si anak perlahan.

“Tak cukup untuk beli apa?” soal balik si ayah.

“Ayah, sekarang Amin sudah ada 20 ringgit. Ayah ambil duit ni. Amin nak beli sejam dari masa ayah. Amin nak makan malam bersama ayah,” jawab si anak tanpa berani memandang wajah ayahnya.

Baru si ayah benar-benar faham maksud anaknya itu....

Moral :

Kadangkala kita terlampau sibuk sehingga mengabaikan insan tersayang yang dahagakan kasih sayang dan perhatian kita. Oleh itu, luangkan sedikit waktu untuk bersama mereka...

Tiada ulasan:

Catat Ulasan